Sabtu, 24 November 2012

Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Budaya





NAMA      : Bono Dwi Budyanto
KELAS       : 2SA01
NPM         : 11611528


BAB I
LAtar belakang

Dalam kehidupan sehari manusia tidak akan lepas dari kebudayaan. Budaya sendiri adalah penyokong kehidupan manusia. karena budaya merupakan identitas manusia dari segala tempat yang berbeda, dan budaya biasa menjadi penyatu antara manusia satu dan yang lain. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memahami seberapa besar fungsi dan pengaruh dari kebudayaan untuk kehidupan sosial manusia.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan, kita sebagai mahasiswa generasi baru penerus bangsa dapat lebih mampu untuk lebih mendalam memahami seberapa pentingnya pengaruh kebudayaan bagi kehidupan sosial manusia anatara satu demngan yang lain.
Dengan memahami seberapa pentingnya pengaruh kebudayaan bagi kepentingan sosial manusia, diharapkan mahasiswa dapat menjadi penerus bangsa yang bias melestarikan kebudayaan.dengan begitu pastilah mahasiswa akan ,memahami tentang arti manusia sebagai mahkluk budaya. Karena pada dasarnya manusia tidak akan biasa lepas dari suatu kebudayaan itu sendiri.

Dengan memahami arti dari manusia sebagai mahkluk budaya, diharapkan kita bias lebih menghargai dan melestarikan budaya itu sendiri. Terutama budaya yang baik dan benar. Karena dengan hilangnya suatu kebudayaan suatu suku bangs. Maka akan hilang juga identitas sosial kita



RUMUSAN MASALAH
·                     Apakah pengertian budaya?
·                     Apa sajakah komponen-komponen utama yang membentuk budaya?
·                     Apa fungsi dari budaya?




BAB II
Manusia sebagai Makhluk Budaya

1.    Pengertian kebudayaan
Budaya adalah suatu ilmu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, dilingkup keluarga. Antara satu keluarga dan keluarga lain pastimempunyai budaya yang berbeda-beda.
Fungsi Akal Dan Budi Bagi Manusia
Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.

Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala sesuatu.

Jadi jelas bahwa fungsi akal dan budi manusia adalah menunjukkan martabat manusia dan kemanusiaan sebagai pemegang amanah makhluk tertinggi di alam raya ini.
Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Setiap individu menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan warisan social atau kebudayaannya. Hal tersebut karena mereka merasa menemukan unsure-unsur motivasional dan emosional yang memuaskan dengan menekuni kegiatan-kegiatan dan keyakinan cultural tersebut.

Kebudayaan atau warisan social lebih adaptif baik secara social maupun individual, mudah dipelajari, mampu bertahan dalam waktu lama, normative dan mampu menimbulkan motivasi. Menurut EB Taylor, "Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat".

Consensus yang kini dianut oleh para ilmuwan social masih menyisihkan aspek emosional dan motivasional dari istilah kebudayaan, dan mereka tetap terpusat pada himpunan pemahaman atau preposisi, tetapi mereka mengakui bahwa, sebagian proposisikultural membangkitkan emosi dan motivasi yang kuat. Menurut Geertz "kebudayaan hanya berkaitan dengan makna-makna public yang terus berlaku meskipun berada diluar jangkauan pengetahuan individu". Banyaknya pengertian tentang kebudayaan memunculkan argumen-argumen implisit tentang sebab-sebab atau asal mula warisan sosial. Tidak banyak bukti yang mendukung dugaan adanya pola tunggal hubungan antar elemen yang ditunjukkan oleh Malinowski dalam Argonauts of the Western Pacifis (1922), tidak seperti yang dikemukakan oleh Ruth Benedict dalam bukunya Pattern of Culture (1934).

Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa elemen-elemen budaya cenderung dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu :

·  Sejumlah kecil elemen yang hampir dipunyai oleh semua anggota masyarakat sehingga diantara mereka dapat tercipta suatu consensus pengertian.
·  Elemen-elemen kultural yang hanya diketahui oleh sebagian anggota masyarakat yang menyandang status social tertentu.

Keragaman definisi kebudayaan itu sendiri dapat dipahami sebagai giatnya upaya mengungkap hubungan kausalitas antara berbagai elemen warisan sosial. Jika representasi cultural memang memiliki hubugan kausalitas dengan norma-norma, sentiment dan motif, maka pendefinisian kebudayaan sebagai representasi telah memusatkan perhatioan pada apa yang paling penting.

Komponen utama kebudayaan :
·  Individu
·  Masyarakat
·  Alam
Dari catatan Supartono, 1992, diketahui bahwa banyak sekali tokoh-tokoh yang mendefinisikan budaya menurut sudut pandang mereka. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:

·  Ki Hajar Dewantara
·  Robert H Lowie
·  Keesing
·  Koentjaraningrat
·  Rafael Raga Manan
·  Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Fungsi kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik dibidang materiil maupun spiritual.

Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diriterhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah dari segenab perasaan manusia. Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan berperikemanusiaan
2. Jenis dan Ragam Kebudayaan di Masyarakat
Mohammad Yusuf Melatoa dalam Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesiamenyatakan Indonesia terdiri dari 500 etnis suku bangsa yang tinggal di lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil. Mereka masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda dengan yang lainnya.

Ciri Kebudayaan :
·  Bersifat menyeluruh
·  Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
·  Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
Wujud kebudayaan
·  Ide : tingkah laku dalam tata hidup
·  Produk : sebagai ekspresi pribadi
·  Sarana hidup
·  Nilai dalam bentuk lahir
Sifat kebudayaan
·  Beraneka ragam
·  Diteruskan dan diajarkan
·  Dapat dijabarkan :
o Biologi
o Psikologi
o Sosiologi : manusia sebagai pembentuk kebudayaan
·  Berstruktur terbagi atas item-item
·  Mempunyai nilai
·  Statis dan dinamis
·  Terbagi pada bidang dan aspek

1. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan
Manusia sebagai pencipta kebudayaan
Manusia memiliki kemampuan daya sebagai berikut :

·  Akal, intelegensia dan intuisi
Dengan kadar intelegensia yang dimiliki manusia mampu belajar sehingga menjadi cerdas, memiliki pengetahuan dan mampu menciptakan teknologi.
·  Perasaan dan emosi
Perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari rangsangan di dalam atau diluar dirinya. Emosi adalah rasa hati, sering berbentuk perasaan yang kuat, yang dapat menguasai seseorang, tetapi tidak berlangsung lama
·  Kemauan
Kemauan adalah keinginan, kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
·  Fantasi
Fantasi adalah paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia untuk menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati.
·  Perilaku
Perilaku adalah tabiat atau kelakuan, merupakan jati diri seseorang yang berasal dari lahir.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia sendiri adalah

produk kebudayaan. Peter L Berger menyebutnya sebagai dialektika fundamental yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

·  Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara etrus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mental
·  Tahap obyektifitas, yaitu tahap aktifitas manusia menghasilkan realita obyektif, yang berada diluar diri manusia
·  Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas obyektif hasil ciptaan manusia dicerap oleh manusia kembali.
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia didunia

1.    Memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar
1. Keadilan
Keadilan adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan mengacui pada suatu tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
2. Penderitaan
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi cirri paradoksal yang menandai eksistensi manusia didunia.
3.Cintakasih
Cintakasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusi menemukan bentuknya yang khas manusiawi
4.Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kwajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya adalah hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik dan memperoleh kebahagiaan.
5. Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap mulia
6. Pandangan hidup
Pandangan hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesame dan dengan alam tempat kita berdiam.
7. Keindahan
Eksistensi manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
8. Kegelisahan
Kegelisahan merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku, dan merupakan salah satu ekspresi kecemasan.

1.    Proses dan Perubahan Kebudayaan :
Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :

1.    Internalisasi
Merupakan proses pencerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia.
2.    Sosialisasi
Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta ketrampilan-ketrampiulan sosial. Dalam keseharian sosialisasi bisa dikatakan sebagai proses menjelaskan sesuatu kepada anggota masyarakat agar mengetahui adanya suatu konsep, kebijakan, suatu peraturan yang menyangkut hak dan kwajiban mereka.
3.    Enkulturasi
Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah belaka.
4.    Difusi
Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu kebudayaan.
5.    Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
6.    Asimilasi
Asimilasi adalah proses peleburan dari kebudayaan sat ke kebudayaan lain.


Perubahan sosial dan kebudayaan merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suataau masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.



Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan

a. faktor intern
·  Bertambah atau berkurangnya penduduk
·  Penemuan-penemuan baru (inovation – discoveri [gagasan] – invention [diterapkan dalam masyarakat]
·  Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (konflik)
·  Pemberontakan / revolusi
b. faktor ekstern
·  Perubahan lingkungan fisik manusia ( bencana alam )
·  Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
·  Peperangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial :
·       Faktor-faktor yang mendorong :
o   Kontak dengan kebudayaan lain
o   Sistem pendidikan yang maju
o   Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
o   Toleransi terhadap perbuatan menyimpang
o   Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
o   Penduduk yang heterogen
o   Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
o   Orientasi ke depan
o   Nilai meningkatkan taraf hidup
·       Faktor-faktor yang menghambat :
§  Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
§  Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
§  Sikap masyarakat yang tradisional
§  Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested Interest)
§  Rasa takut terjadinya kegoyahan dalam integrasi kebudayaan
§  Prasangka terhadap hal baru
§  Hambatan ideologis
§  Kebiasaan
§  Sikap pasrah

1.    Problematika sosial kebudayaan
Dalam mempertahankan menurunkan suatu budaya yang baik dan benar kepada generasi berikutnya, tidak akan berjalan dengan mudah banyak sekali kendala-kendalanya. Jika budaya yang baik tidak dapat diwariskan kepada generasi berikutnya, makan suatu Negara atau bangsa akan menjadi tidak bermartabat dan akan mengalami krisis budaya.

Manusia dan Budaya Unggul
Budaya unggul akan bisa memulihkan harga diri dan martabat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak mudah dilecehkan dan diharapkan mampu mengatasi krisis berkepanjangan dan seterusnya.
Jika budaya unggul bisa didiskusikan bersama seiring dengan manusia unggul, setidaknya apa yang dinyatakan oleh Covey sebagai manusia dengan predikat greatness membawa ingatan kita pada apa yang oleh filosof Jerman, Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900), dinyatakan sebagai uebermensch yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan sebagai superman. Kebudayaan merupakan identitas dari manusia.

Manusia unggul tidak lahir dari situasi statis, melainkan dari proses dinamis, tidak saja dalam pengertian bagaimana upaya menemukan talenta terbaik dalam diri seseorang, melainkan upaya untuk terus-menerus menjadi manusia yang lebih. Pada masa sekarang ini lebih tepat membaca uebermensch Nietzsche sebagai anjuran untuk melahirkan manusia unggul dengan cara melahirkan dirinya untuk terus-menerus menjadi manusiawi. Pengertian yang diungkapkan oleh Nietzsche dalam Wie Wird der Mensch ueberwubden (bagaimana caranya manusia mengatasi manusia) yaitu untuk lahir sebagai superman, manusia harus terus-menerus mengatasi dirinya sebagai manusia. Untuk menjadi manusia unggul, manusia harus bisa meningkatkan dirinya dari sekadar manusiawi (humanus) menjadi lebih manusiawi (humanior).

Melahirkan manusia unggul jangan disalahpahami hanya dengan pengertian meloloskan siswa-siswa berprestasi yang mampu merengkuh juara olimpiade fisika, matematika, atau kimia. Menjadi manusia unggul biasa dialami oleh siapa saja yang mampu mengatasi kediriannya menuju kedirian yang lebih. Untuk lahir menjadi manusia unggul, seseorang harus bergerak untuk memperbarui kemanusiawiannya menjadi lebih manusiawi.

Nietzsche menyebut para manusia yang mudah menyerah diri sebagai "manusia bermoral gerombolan" atau "bermoral budak". Mereka adalah para pengecut yang hanya bisa berlindung di balik nilai-nilai yang menjerat kedigdayaannya.
Komodifikasi kebudayaan
Ada kesan bahwa kebudayaan semakin mejadi komoditas. Kesan berlangsung atas dua jalur.

·  Terungkap dalam pembicaraan tentang kebudayaan masyarakat yang dikatakan tidak cocok untuk pembangunan.
·  Jalur keprihatinan terhadap budaya bangsa.
Dia mendapat ekspresi dalam dua sub lagu yang bersama menghasilkan paduan suara atau duet harmoniselite yang prihatin. Sub lagu yang pertama disebut lagu museum ; unsure-unsur positif warisan budaya bangsa perlu dilestarikan. Sub-lagu yang keduamau melindungi budaya nasional terhadap pengeruh buruk dari luar.
Tantangan Kebudayaan
Pertemuan dengan kebudayaan lain selalu memperkaya kita sendiri. Kebudayaan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah kebudayaan modern tiruan. Dia mengancam karena tidak sejati, tidak substansial, semu, dan ersatz. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastic, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing. Kebudayaan tiruan itu mempunyai daya tarik luarbiasa sehingga mampu menyedot pandangan kita tentang nilai, dasar harga diri, dan status. Ia menawarkan kemewahan, kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berpikir sendiri, dan berhenti membuat penilaian sendiri.


BAB III
KESIMPULAN
·  Manusia merupakan makhluk yang tidak biasa lepas dari kebudayaan.
·  Akal dan Budi merupakan unsure-unsur yang membentuk kebudayaan dasar pada pola piker manusia.
·  Hal yang mempertahan kan kehidupan kebudayaan salah adalah keinginan manusia untuk mencapai kepuasan sepiritual dan materi.
·  Kebudayaan merupakan identitas asli darimanusia itu sendiri.

Proses Sosial dan Interaksi Sosial


Proses Sosial dan Interaksi Sosial

NAMA      : Bono Dwi BudyantoKELAS       : 2SA01NPM         : 11611528  BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religii harus dikembangkan secara seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa pengertian/definisi dari proses sosial dan interaksi sosial, 2. Dapat mengenal ciri-ciri dan tujuan dari interaksi sosial, 3. Mengetahui apa-apa saja faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial, 4. Dapat mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, 5. Mengenal bentuk-bentuk proses/interaksi sosial. 6. Mengenal contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial. 7. Mampu menganalisis contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial.

  BAB II P E M B A H A S A N
A. Konsep Teori
1. Definisi Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya perlu diketahui apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial :
A.  Adham Nasution; proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
B.  Abu Ahmadi; Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
C.  Soerdjono Dirdjosisworo; mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini sebagai berikut :
1) Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
2) Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama. Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.
D. Roucek dan Warren; Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
E.  Gillin dan Gillin; proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
F.  Robert M.Z.; mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu.

  2. Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri hubungan sebagai berikut : a. Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang d. Adanya tujuan yang hendak dicapai
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut : a. Terciptanya hubungan yang harmonis b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
3. Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi Sosial
A.  Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial meliputi hal-hal berikut : 1) Dorongan untuk meneruskan keturunan 2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan 3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan 4) Dorongan untuk berkomunikasi
B.  Faktor Eksternal Terdiri dari : 1) Faktor Imitasi Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.

2) Faktor Sugesti Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.  
3) Faktor Identifikasi Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam.
4) Faktor Simpati Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
5) Faktor Motivasi Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa. Contohnya : motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.
6) Faktor Empati Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).
4. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Dalam proses sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
a. Kontak Sosial (Social Contact) Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya. Misalnya : melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.
b. Komunikasi (Communication) Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.   

5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara waktu dapat diselesaikan (akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan dan apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi pertikaian. Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Proses-proses yang Asosiatif
A. Kerja Sama (Cooperation) Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.  Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama. Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu : 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.3) Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. 5) Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain sebagainya.
B. Akomodasi (Accomodation) Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali. Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu : 1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. 2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu maupun secara temporer. 3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem berkasta. 4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran.
C. Asimilasi (Assimilation) Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada : 1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. 2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang lama. 3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan diri. Proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1) Bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tersebut juga berlaku sama. 2) Tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. 3) Bersifat langsung dan primer 4) Berfrekuensi tinggi dan tetap serta ada keseimbangan
  Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi, antara lain adalah :
 1) Toleransi. 2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi. 3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya. 4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. 5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. 6) Perkawinan campuran (amalgamation) 7) Adanya musuh bersama dari luar.
Ada juga beberapa hal yang dapat menghalangi terjadinya proses asimilasi, yaitu sebagai berikut : 1) Toleransinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat 2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu sering kali menimbulkan faktor ketiga. 3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. 4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya. 5) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah. 6) In-group feeling. 7) Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas.  8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.
2. Proses-proses yang Disosiatif
A. Persaingan (Competition) Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lain. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1) Persaingan Pribadi, adalah persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok secara langsung. 2) Persaingan Kelompok, adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok. Persaingan biasanya didorong oleh hal-hal seperti mendapatkan status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekayaan, karena perbedaan agama dan lain-lain.
B. Kontraversi (Competition) Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Bentuk-bentuk kontraversi antara lain adalah sebagai berikut : 1) Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain. 2) Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum. 3) Melakukan penghasutan. 4) Berkhianat. 5) Mengejutkan lawan, dan lain-lain.
C. Pertikaian atau Pertentangan (Conflict)
Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Menurut Soedjono, pertikaian adalah suatu bentuk dalam interelasi sosial dimana terjadi usaha-usaha pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain, atau berusaha mengenyahkan yang lain menjadi rivalnya. Meskipun demikian, pertikaian tidak selamanya disertai kekerasan, bahkan ada pertikaian yang berbentuk lunak dan mudah untuk dikendalikan, misalnya pertentangan antara orang-orang dalam seminar, dimana perbedaan pendapat bisa diselesaikan secara ilmiah, atau sekurang-kurangnya tidak emosional. Adapun sebab-sebab yang menimbulkan pertentangan adalah sebagai berikut :
1) Perbedaan antara individu-individu 2) Perbedaan kebudayaan 3) Perbedaan kepentingan 4) Perubahan sosial Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk antara lain seperti berikut : 1) Pertentangan pribadi 2) Pertentangan Rasial 3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial 4) Pertentangan politik 5) Pertentangan yang bersifat internasional
Dari bentuk-bentuk pertentangan tersebut akan mengakibatkan dampak-dampak seperti berikut :
1) Bertambahnya solidaritas in-group 2) Akan goyah dan retaknya persatuan apabila terjadi pertentangan antara golongan-golongan dalam satu kelompok 3) Perubahan kepribadian para individu 4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia 5) Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
B. Pemaparan
Setelah mengemukakan konsep-konsep teori yang dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dapat kami paparkan sebuah contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial dan mencoba untuk menganalisis kasus tersebut. 1. Contoh Kasus
Contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial yang akan disajikan ini dikutip dari wap.vivanews.com Jum’at, 26 November 2010 pukul 17.18 WIB. Berikut ini adalah pemaparannya: 
Gara-gara Ayam, 4 Tewas di Lampung Empat warga tewas dalam bentrok antar warga di Lampung yang terjadi pada Kamis, 25 November 2010. Konflik yang melibatkan warga Kampung Wirabangun, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, Lampung dengan Kampung Pematang Panggang, Kabupaten Oki, Sumatera Selatan itu dilatar belakangi pencurian ayam. Keempat warga yang tewas adalah Sulisanto dan Hasan bin Bagus Ise yang merupakan warga Rejobinangun, Suwarno alias Gano, dan Tumijan warga Wirabangun. Setidaknya dua warga lain harus dirawat karena terluka.
Kapolda Lampung, Brigadir Jenderal Sulistyo Ishaq, mengatakan peristiwa itu terjadi pada pukul 16.00 WIB. Bentrok berawal saat dua orang hendak mencuri ayam di Kampung Wirabangun untuk diadu.  Mereka dipergoki warga Wirabangun. Karena ketahuan, para pelaku melarikan diri ke arah PT SIP. Salah satu pelaku berinisial H dibacok warga. “Oleh warga, pelaku dibacok dan ditemukan terkapar di kebun sawit,” kata kata Sulistyo Ishaq, Jumat, 26 November 2010.  Sementara itu, pelaku lain berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang. Dia lalu memberitahukan kejadian itu kepada keluarga H. “Sehingga masyarakat Pematang Panggang Kabupaten Oki langsung menyerang balik warga Wirabangun,” kata Sulis. Tak hanya memakan korban jiwa dan luka, bentrokan itu setidaknya mengakibatkan 10 rumah rusak, 1 rumah dibakar, dan 2 sepeda motor hangus. Sulistyo mengatakan polisi telah berhasil mengendalikan keadaan. Tak kurang, satu peleton Brimob diturunkan ke lokasi kejadian. “Tokoh masyarakat juga diberdayakan agar masyarakat saling menahan diri,” kata dia.
2. Analisis Contoh Kasus
Dari contoh kasus yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilakukan berupa analisa-analisa sebagai berikut :
a. Pola Hubungan
Dapat dengan jelas diketahui bahwa interaksi sosial yang terdapat pada contoh kasus tersebut memiliki pola hubungan antara kelompok dengan kelompok, yaitu antara warga Kampung Wirabangun dengan warga Kampung Pematang Panggang.

 b. Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Sosial
Faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dalam contoh kasus tersebut dapat dianalisa sesuai dengan konsep teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor tersebut adalah berupa Faktor Sugesti (Suggestion), yaitu pada saat pelaku yang berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang lalu memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga pelaku berinisial H yang tewas, sehingga masyarakat Pematang Panggang langsung menyerang balik warga Wirabangun. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang diberikan si pelaku terhadap warga Pematang Panggang sehingga warga menuruti begitu saja penyampaian si pelaku dan langsung menyerang balik warga Wirabangun tanpa berpikir secara kritis dan rasional terlebih dahulu.
c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial yang Terjadi
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi yang terdapat dalam contoh kasus tersebut bila dianalisa sebagian besar merupakan proses sosial yang disosiatif, namun ada juga bagian proses sosial yang sifatnya asosiasi, antara lain adalah sebagai berikut :  
1) Proses Disosiatif Adanya bentuk interaksi sosial yang berupa kontravensi (Contravention) dan Pertikaian (Conflict), diantaranya seperti berikut : - Perbuatan mencuri yang dilakukan oleh si pelaku - Pelaku yang dibacok oleh warga saat tertangkap melakukan pencurian - Penyampaian kabar yang tak sedap dari si pelaku yang berhasil melarikan diri tentang pembunuhan terhadap pelaku yang berinisial H kepada keluarganya  - Puncak dari kontravensi tersebut adalah bentrokan antara warga Pematang Panggang dengan warga Wirabangun
2) Proses Asosiatif Dalam contoh kasus tersebut juga timbul proses sosial yang bersifat asosiasi, diantaranya sebagai berikut : - Pengendalian keadaan oleh polisi - Berperannya tokoh masyarakat agar masyarakat dapat saling menahan diri
Dari bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut timbul akibat-akibat buruk antara lain : 1) Jatuhnya korban manusia, yang tewas maupun luka-luka 2) Hancurnya harta benda berupa rumah-rumah dan sepeda motor yang rusak
BAB III P E N U T U P A. Kesimpulan Dari penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya dapat diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara baik. Sebaliknya, apabila interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat maka interaksi sosial akan berlangsung kurang baik bahkan bisa saja sangat buruk.
B. Saran Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai makhluk sosial tidak dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan dengan individu atau pun kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses sosial dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka dari itu, terapkanlah interaksi sosial yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat agar hubungan-hubungan sesama makhluk sosial dapat berlangsung dengan baik. 

Proses Sosial dan Interaksi Sosial



NAMA: Bono Dwi Budyanto
KELAS: 2SA01
NPM: 11611528  

BAB I 
P E N D A H U L U A N


A. Latar Belakang
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religii harus dikembangkan secara seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa pengertian/definisi dari proses sosial dan interaksi sosial, 2. Dapat mengenal ciri-ciri dan tujuan dari interaksi sosial, 3. Mengetahui apa-apa saja faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial, 4. Dapat mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, 5. Mengenal bentuk-bentuk proses/interaksi sosial. 6. Mengenal contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial. 7. Mampu menganalisis contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial.

  BAB II
P E M B A H A S A N

A. Konsep Teori
1. Definisi Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya perlu diketahui apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial :
A.  Adham Nasution; proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
B.  Abu Ahmadi; Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
C.  Soerdjono Dirdjosisworo; mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini sebagai berikut :
1) Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
2) Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama. Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.
D. Roucek dan Warren; Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
E.  Gillin dan Gillin; proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
F.  Robert M.Z.; mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu.
  2. Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri hubungan sebagai berikut : a. Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang d. Adanya tujuan yang hendak dicapai
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut : a. Terciptanya hubungan yang harmonis b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
3. Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi Sosial
A.  Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial meliputi hal-hal berikut : 1) Dorongan untuk meneruskan keturunan 2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan 3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan 4) Dorongan untuk berkomunikasi
B.  Faktor Eksternal
Terdiri dari :
1) Faktor Imitasi
Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
Terdiri dari :
1) Faktor Imitasi
Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat. Terdiri dari : 1) Faktor Imitasi Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
2) Faktor Sugesti Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.  
3) Faktor Identifikasi Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam.
4) Faktor Simpati Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
5) Faktor Motivasi Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa. Contohnya : motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.
6) Faktor Empati Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).
4. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Dalam proses sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
a. Kontak Sosial (Social Contact) Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya. Misalnya : melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.
b. Komunikasi (Communication) Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.   
5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara waktu dapat diselesaikan (akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan dan apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi pertikaian. Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Proses-proses yang Asosiatif

A. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu :
1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau
Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu :
1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.  Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama. Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu : 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3) Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. 5) Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain sebagainya.

B. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali.
Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu :
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu maupun secara temporer.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem berkasta.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali.
Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu :
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu maupun secara temporer.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem berkasta.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali. Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu : 1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. 2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu maupun secara temporer. 3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem berkasta. 4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran.

C. Asimilasi (Assimilation)
Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada :
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan diri.
Proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1) Bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tersebut juga berlaku sama.
2) Tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
3) Bersifat langsung dan primer
4) Berfrekuensi tinggi dan tetap serta ada keseimbangan

Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada :
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan diri.
Proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1) Bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tersebut juga berlaku sama.
2) Tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
3) Bersifat langsung dan primer
4) Berfrekuensi tinggi dan tetap serta ada keseimbangan
Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada : 1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. 2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang lama. 3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan diri. Proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1) Bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tersebut juga berlaku sama. 2) Tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. 3) Bersifat langsung dan primer 4) Berfrekuensi tinggi dan tetap serta ada keseimbangan
  Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi, antara lain adalah :
 1) Toleransi. 2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi. 3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya. 4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. 5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. 6) Perkawinan campuran (amalgamation) 7) Adanya musuh bersama dari luar.
Ada juga beberapa hal yang dapat menghalangi terjadinya proses asimilasi, yaitu sebagai berikut : 1) Toleransinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat 2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu sering kali menimbulkan faktor ketiga. 3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. 4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya. 5) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah. 6) In-group feeling. 7) Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas.  8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.
2. Proses-proses yang Disosiatif

A. Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lain. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1) Persaingan Pribadi, adalah persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok secara langsung.
2) Persaingan Kelompok, adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok.
Persaingan biasanya didorong oleh hal-hal seperti mendapatkan status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekayaan, karena p
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lain. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1) Persaingan Pribadi, adalah persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok secara langsung.
2) Persaingan Kelompok, adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok.
Persaingan biasanya didorong oleh hal-hal seperti mendapatkan status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekayaan, karena p Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lain. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1) Persaingan Pribadi, adalah persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok secara langsung. 2) Persaingan Kelompok, adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok. Persaingan biasanya didorong oleh hal-hal seperti mendapatkan status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekayaan, karena perbedaan agama dan lain-lain.

B. Kontraversi (Competition)
Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontraversi antara lain adalah sebagai berikut :
1) Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain.
2) Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum.
3) Melakukan penghasutan.
4) Berkhianat.
5) Mengejutkan lawan, dan lain-lain.

Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontraversi antara lain adalah sebagai berikut :
1) Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain.
2) Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum.
3) Melakukan penghasutan.
4) Berkhianat.
5) Mengejutkan lawan, dan lain-lain.
Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Bentuk-bentuk kontraversi antara lain adalah sebagai berikut : 1) Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain. 2) Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum. 3) Melakukan penghasutan. 4) Berkhianat. 5) Mengejutkan lawan, dan lain-lain.
C. Pertikaian atau Pertentangan (Conflict)
Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Menurut Soedjono, pertikaian adalah suatu bentuk dalam interelasi sosial dimana terjadi usaha-usaha pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain, atau berusaha mengenyahkan yang lain menjadi rivalnya. Meskipun demikian, pertikaian tidak selamanya disertai kekerasan, bahkan ada pertikaian yang berbentuk lunak dan mudah untuk dikendalikan, misalnya pertentangan antara orang-orang dalam seminar, dimana perbedaan pendapat bisa diselesaikan secara ilmiah, atau sekurang-kurangnya tidak emosional. Adapun sebab-sebab yang menimbulkan pertentangan adalah sebagai berikut :
1) Perbedaan antara individu-individu 2) Perbedaan kebudayaan 3) Perbedaan kepentingan 4) Perubahan sosial Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk antara lain seperti berikut : 1) Pertentangan pribadi 2) Pertentangan Rasial 3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial 4) Pertentangan politik 5) Pertentangan yang bersifat internasional
Dari bentuk-bentuk pertentangan tersebut akan mengakibatkan dampak-dampak seperti berikut :
1) Bertambahnya solidaritas in-group 2) Akan goyah dan retaknya persatuan apabila terjadi pertentangan antara golongan-golongan dalam satu kelompok 3) Perubahan kepribadian para individu 4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia 5) Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
B. Pemaparan
Setelah mengemukakan konsep-konsep teori yang dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dapat kami paparkan sebuah contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial dan mencoba untuk menganalisis kasus tersebut. 1. Contoh Kasus
Contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial yang akan disajikan ini dikutip dari wap.vivanews.com Jum’at, 26 November 2010 pukul 17.18 WIB. Berikut ini adalah pemaparannya: 
Gara-gara Ayam, 4 Tewas di Lampung Empat warga tewas dalam bentrok antar warga di Lampung yang terjadi pada Kamis, 25 November 2010. Konflik yang melibatkan warga Kampung Wirabangun, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, Lampung dengan Kampung Pematang Panggang, Kabupaten Oki, Sumatera Selatan itu dilatar belakangi pencurian ayam. Keempat warga yang tewas adalah Sulisanto dan Hasan bin Bagus Ise yang merupakan warga Rejobinangun, Suwarno alias Gano, dan Tumijan warga Wirabangun. Setidaknya dua warga lain harus dirawat karena terluka.
Kapolda Lampung, Brigadir Jenderal Sulistyo Ishaq, mengatakan peristiwa itu terjadi pada pukul 16.00 WIB. Bentrok berawal saat dua orang hendak mencuri ayam di Kampung Wirabangun untuk diadu.  Mereka dipergoki warga Wirabangun. Karena ketahuan, para pelaku melarikan diri ke arah PT SIP. Salah satu pelaku berinisial H dibacok warga. “Oleh warga, pelaku dibacok dan ditemukan terkapar di kebun sawit,” kata kata Sulistyo Ishaq, Jumat, 26 November 2010.  Sementara itu, pelaku lain berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang. Dia lalu memberitahukan kejadian itu kepada keluarga H. “Sehingga masyarakat Pematang Panggang Kabupaten Oki langsung menyerang balik warga Wirabangun,” kata Sulis. Tak hanya memakan korban jiwa dan luka, bentrokan itu setidaknya mengakibatkan 10 rumah rusak, 1 rumah dibakar, dan 2 sepeda motor hangus. Sulistyo mengatakan polisi telah berhasil mengendalikan keadaan. Tak kurang, satu peleton Brimob diturunkan ke lokasi kejadian. “Tokoh masyarakat juga diberdayakan agar masyarakat saling menahan diri,” kata dia.
2. Analisis Contoh Kasus Dari contoh kasus yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilakukan berupa analisa-analisa sebagai berikut : a. Pola Hubungan Dapat dengan jelas diketahui bahwa interaksi sosial yang terdapat pada contoh kasus tersebut memiliki pola hubungan antara kelompok dengan kelompok, yaitu antara warga Kampung Wirabangun dengan warga Kampung Pematang Panggang.
 b. Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Sosial Faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dalam contoh kasus tersebut dapat dianalisa sesuai dengan konsep teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor tersebut adalah berupa Faktor Sugesti (Suggestion), yaitu pada saat pelaku yang berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang lalu memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga pelaku berinisial H yang tewas, sehingga masyarakat Pematang Panggang langsung menyerang balik warga Wirabangun. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang diberikan si pelaku terhadap warga Pematang Panggang sehingga warga menuruti begitu saja penyampaian si pelaku dan langsung menyerang balik warga Wirabangun tanpa berpikir secara kritis dan rasional terlebih dahulu. c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial yang TerjadiBentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi yang terdapat dalam contoh kasus tersebut bila dianalisa sebagian besar merupakan proses sosial yang disosiatif, namun ada juga bagian proses sosial yang sifatnya asosiasi, antara lain adalah sebagai berikut :   1) Proses Disosiatif Adanya bentuk interaksi sosial yang berupa kontravensi (Contravention) dan Pertikaian (Conflict), diantaranya seperti berikut : - Perbuatan mencuri yang dilakukan oleh si pelaku - Pelaku yang dibacok oleh warga saat tertangkap melakukan pencurian - Penyampaian kabar yang tak sedap dari si pelaku yang berhasil melarikan diri tentang pembunuhan terhadap pelaku yang berinisial H kepada keluarganya  - Puncak dari kontravensi tersebut adalah bentrokan antara warga Pematang Panggang dengan warga Wirabangun 2) Proses Asosiatif Dalam contoh kasus tersebut juga timbul proses sosial yang bersifat asosiasi, diantaranya sebagai berikut : - Pengendalian keadaan oleh polisi - Berperannya tokoh masyarakat agar masyarakat dapat saling menahan diri Dari bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut timbul akibat-akibat buruk antara lain : 1) Jatuhnya korban manusia, yang tewas maupun luka-luka 2) Hancurnya harta benda berupa rumah-rumah dan sepeda motor yang rusak


BAB III 

P E N U T U P  

A. Kesimpulan dari penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya dapat diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara baik. Sebaliknya, apabila interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat maka interaksi sosial akan berlangsung kurang baik bahkan bisa saja sangat buruk. B.
 Saran Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai makhluk sosial tidak dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan dengan individu atau pun kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses sosial dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka dari itu, terapkanlah interaksi sosial yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat agar hubungan-hubungan sesama makhluk sosial dapat berlangsung dengan baik.